PENYATUAN WAKTU DI INDONESIA


PENYATUAN WAKTU DI INDONESIA

Rencana pemerintah di tahun 2012 ini adalah untuk menyatukan 3 zona waktu di indonesia, yakni WIB, WIT, & WITA menjadi GMT +8 atau menjadi Waktu Indonesia Bagian Tengah (WITA). Penyatuan zona waktu ini didukung oleh beberapa pihak, diantaranya adalah mulai dari menteri Koordinator Perekonomian, menteri Keuangan, menteri Perhubungan, Bursa Efek Indonesia (BEI), Bank Indonesia (BI), dan bahkan Menteri Agama.


Berdasarkan waktu rotasi bumi yang dibulatkan, 24 jam, dan derajat bumi, 360o, Fleming membagi bumi ke dalam 24 zona waktu. Titik nol atau toloknya berasal dari Greenwich yang berada di bujur 0o. Ini berarti, waktu di tiap garis bujur selebar 15o dapat berbeda satu jam lebih lambat atau lebih cepat dari Greenwich. Semakin ke timur, waktu berbeda satu jam lebih cepat daripada Greenwich (+). Sebaliknya, semakin ke barat, waktu berbeda satu jam lebih lambat (-). Selisih waktu paling cepat dari Greenwich adalah 12 jam, pun jua dengan selisih paling lambatnya. Usul ini disepakati secara internasional melalui sebuah Konferensi Meridian Internasional di Washington DC pada Oktober 1884.
Awal mulanya pembagian wilayah waktu di Indonesia adalah pada tahun 1963 dengan dikeluarkanya Kepres RI No. 243 tahun 1963. Isi dari Kepres tersebut membagi wilayah waktu di Indonesia menjadi 3 bagian dan keputusan tersebut berlaku mulai tangal 1 Januari 1964. Adapun prinsip yang digunakan dalam proses pembagian wilayah waktu Indonesia tersebut antara lain :
  1. Menuju terbentuknya peraturan yang sesederhana mungkin.
  2. Perbedaan waktu matahari jangan terlalu besar dengan waktu tolok, terutama bagi kota-kota besar atau penting.
  3. Batas wilayah jangan sampai membelah suatu propinsi dan pulau.
  4. Memperhatikan faktor � faktor agama, politik, kegiatan masyarakat dan ekonomi, kepadatan penduduk, lalu lintas/perhubungan, sosio-psikologis serta perkembangan pembangunan.
Semenjak itu, diputuskan pembagian wilayah waktu sebagai berikut :
  1. Waktu Indonesia Barat meliputi daerah � daerah Tingkat I dan Istimewa di Sumatera, Jawa, Madura dan Bali dengan waktu tolok GMT+07.00 jam dan derajat tolok 105� BT.
  2. Waktu Indonesia Tengah meliputi daerah � daerah Tingkat I di Kalimanatan, Sulawesi dan Nusa Ternggara dengan waktu tolok GMT+08.00 jam dan derajat tolok 120� BT.
  3. Waktu Indonesia Timur meliputi daerah � daerah Tingkat I di Maluku dan Irian Jaya dengan waktu tolok GMT+09.00 jam dan derajat tolok 135� BT.
Tentunya dengan adanya penyatuan waktu di Indonesia akan membawa berbagai keuntungan dan kerugian. Berbagai keuntungan penyatuan waktu di Indonesia dalam berbagai bidang, diuraikan sebagai berikut :
Perekonomian
Indonesia yang memiliki tiga zona waktu dinilai menghambat kenaikan produktivitas. Dengan penyatuan zona waktu diharapkan produktivitas ekonomi bisa meningkat.  Selain itu, penyatuan waktu ini akan memberikan waktu lebih banyak pada perdagangan bursa. Selama ini bursa di Indonesia rutin mengikuti pembukaan di beberapa negara, seperti Hongkong Stock Exchange, Singapura, Jepang dan negara-negara lain yang semuanya menggunakan patokan waktu GMT +8.  Selama ini, perdagangan Indonesia kalah oleh Singapura dan Malaysia, salah satunya karena Jakarta terlambat satu jam jika dibandingkan dengan Singapura dan Kuala Lumpur. Ketika posisi Indonesia secara keseluruhan menjadi GMT+8, standar waktu Indonesia akan sama dengan Singapura, Malaysia, dan Hongkong.
Penyatuan zona waktu dari tiga zona menjadi satu zona akan mengucurkan triliunan rupiah untuk Indonesia, sebab penggunaan energi lebih hemat, negara akan cepat terkoneksi dengan luar negeri, dunia bisnis, dan biaya usaha lebih efisien.

Birokrasi / pemerintahan
Dalam bidang birokrasi, ternyata waktu efektif kegiatan pemerintahan dalam sehari hanya 180 menit atau 3 jam saja. Padahal, jam kerja tersedia dalam satu hari adalah 480 menit (8 jam). Pegawai di wilayah timur Indonesia baru efektif bekerja pada pukul 10.00 WIT. Soalnya, mereka menunggu rekan di wilayah barat yang baru mulai buka pintu kantor pada saat sama (08.00 WIB). Atau di sektor pasar modal. Para pedagang surat berharga Indonesia bagian timur  ternyata hanya bisa efektif bekerja selama 1 jam. Sementara di wilayah tengah 3 jam. Padahal, Bursa Efek Indonesia yang bermarkas di Jakarta, beroperasi selama 5 jam mulai pukul 9.30 hingga 16.00 WIB.
Penyamaan waktu antara Indonesia Barat, Tengah dan Timur diyakini akan dapat mengangkat 20% PDB Indonesia. Sebab ada angkatan kerja berjumlah 190 juta orang yang akan melakukan pekerjaannya secara bersama-sama. Sementara saat ini angkatan kerja di Indonesia bekerja dalam waktu yang tidak sama. Saat penyatuan waktu, maka dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi karena ada produktivitas yang sama-sama bergerak. Selain itu, transsaksi di Bank Indonesia, para pelaku pasar uang di Papua dan Maluku tidak memiliki waktu yang cukup untuk saling bertransaksi dengan pelaku pasar di daerah Indonesia barat. Karena pusat bursa efek dan perbankan berada di wilayah Barat, pelaku bisnis Papua dan Maluku harus merelakan waktunya terbuang dua jam secara percuma menunggu lapak transaksi.
Sosial
Dalam penyatuan waktu ini, umat Islam mudah menyesuaikan sebab shalat lima waktu patokannya matahari, bukan jarum jam.  Selama ini tiga zona memang menyulitkan penduduk Kalimantan. Bagi yang tinggal di Kalimantan Barat dan ingin ke Kalimantan Timur, mereka harus mengatur waktunya satu jam. Padahal, mereka satu dataran.
Pemakaian energi listrik pada waktu beban puncak sekitar pukul 6-9 malam akan berkurang jika pelanggan lebih cepat istirahat.  Dengan mengubah WIB mengikuti WITA, rentang waktu beban puncak berjalan mulai pukul 7 sampai 10 malam, secara tak langsung berkurang. Masyarakat lebih cepat tidur. Beban  listrik di pagi hari juga akan berkurang karena pelanggan terbesar PLN dari golongan tarif R-1 lebih cepat bangun untuk berkegiatan di luar rumah.
Dalam bidang pariwisata, contohnya pusat industri dan pariwisata kepulauan Riau yaitu Batam. Jika Indonesia menerapkan GMT+8, maka eksekutif Singapura yang senang berlibur ke Batam dan membeli kenyamanan di hotel-hotel pulau Batam akan menghabiskan waktu lebih lama.
Secara keseluruhan, Kementerian Perhubungan mendukung rencana penyatuan waktu ini untuk memperkuat jaringan Indonesia dengan negara-negara lain karena dapat meningkat daya saing, sehingga konektivitas di ASEAN semakin baik. Dunia penerbangan yang menyasar kawasan timur juga diuntungkan jika terjadi penyesuaian zona waktu. Penerbangan Jakarta-Jayapura yang ditempuh dalam 7 jam, membuat maskapai harus berangkat lebih dini untuk menghindari kesorean tiba di Jayapura karena waktu Jayapura yang lebih lambat 2 jam. Dengan asumsi, zona waktu disederhanakan jadi dua, akan dapat tambahan pertumbuhan penerbangan 10 persen. Kemudian kawasan timur yang hanya berselisih satu jam akan tumbuh pendapatan domestiknya karena ada mobilisasi yang lebih massif.
Jika wilayah yang sekarang WIB mengikuti Wita, Kementerian telah meriset, ada penurunan pemakaian energi di empat provinsi di pulau Jawa. Jika konsumsi menurun, maka biaya perawatan instalasi energi juga akan berkurang, polusi juga berkurang, dan biaya investasi juga berkurang.
Bagi dunia media massa televisi nasional dan telekomunikasi, penyesuaian zona waktu juga memunculkan keuntungan sendiri. Kawasan timur tak perlu menyesuaikan pola istirahatnya mengikuti pola tayangan yang berbasis WIB yang lebih lambat dua jam.

Kerugian
Deputi Sains, Pengkajian, dan Informasi Kedirgantaraan Lembaga Penerbangan Antariksa (Lapan) Thomas Djamaluddin menuturkan satu zona waktu justru berpotensi inefisiensi jam kerja, khususnya di wilayah barat Indonesia yang banyak penduduknya sehingga jika waktu menjadi lebih cepat satu jam, maka akan mengganggu aktivitas utama. Inefisiensi terjadi terutama untuk komunikasi dinas atau bisnis.  Sebab, di Indonesia yang mayoritas muslim ada faktor salat lima waktu yang harus dipertimbangkan. Kalau kawasan barat mengikuti zona waktu Indonesia bagian tengah, otomatis pekerja di Indonesia bagian barat akan membutuhkan waktu lebih lama untuk istirahat dan ibadah. Istirahat bagi pekerja di barat yang biasanya pukul 12.00-13.00 WIB akan menjadi 11.00-12.00 WIB atau 12.00-13.00 WITA. Adapun waktu salat Zuhur yang disatukan dengan istirahat tentu belum masuk. Karena istirahat berakhir pukul 12.00 WIB atau 13.00 WITA. Maka pekerja tentu akan minta tambahan waktu untuk ibadah. Selain itu, waktu produktif masyarakat tak sesuai dengan aktivitas matahari, terutama bagi yang terbiasa dengan jam matahari.
Menjadikan Satu zona waktu untuk negara sepanjang ini tentu tidaklah tepat secara geografis. Matahari terbit di papua pukul 07.00 WIT, di Lombok pukul 06.00 Wita, dan di Aceh pukul 05.00 WIB. Zona waktu saat ini sudah sesuai dengan perjalanan matahari yang berkisar, terbit pukul 06.00 dan terbenam pukul 18.00 walau ada selisih di beberapa daerah dalam 1 zona. Jika semua daerah akan dijadikan satu zona waktu (menggunakan WITA), maka pukul  06.00 di Lombok tepat matahari baru terbit, sedangkan di Papua pukul 06.00 sudah siang, dan di Aceh pukul 06.00 masih gelap.
Penyatuan waktu di Indonesia perlu dikaji secara komprehensif potensi dampak positif dan negatif penyatuan zona waktu ini. Asumsi yang digunakan perlu diuji akurasinya sebelum digunakan sebagai tolok ukur kajian plus-minus penyatuan zona waktu ini.

UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU UNTUK MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN


MAKALAH PROFESI KEPENDIDIKAN II

 � UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU UNTUK MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN �


Disusun Oleh :
HANA PRAMUDIANA



BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Mutu pendidikan merupakan salah satu tolok ukur yang menentukan martabat atau kemajuan suatu bangsa. Dengan mencermati mutu pendidikan suatu bangsa/negara, seseorang akan dapat memperkirakan peringkat negara tersebut di antara negaranegara di dunia. Oleh karena itulah, bangsa yang maju akan selalu menaruh perhatian besar terhadap dunia pendidikannya, dengan melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, seperti meningkatkan anggaran pendidikan, menyelenggarakan berbagai lomba dalam berbagai aspek pendidikan, atau mengirimkan para tunas bangsa untuk menimba ilmu di negara lain. Beragam upaya ini dilakukan karena kesadaran akan pentingnya pendidikan, dan keyakinan bahwa bangsa yang mengabaikan pendidikan akan menjadi bangsa yang tertinggal, yang akan kalah bersaing dengan bangsa-bangsa lain.
Di Indonesia, rendahnya mutu pendidikan merupakan salah satu dari empat masalah pokok pendidikan yang telah diidentifikasi sejak tahun 60-an. Perhatian terhadap pendidikan memang cukup besar, namun meskipun sudah banyak usaha yang dilakukan, sampai kini masalah mutu pendidikan tampaknya belum dapat diatasi. Keluhan tentang rendahnya mutu lulusan masih terus bergema. Lulusan SD, SLTP, dan SLTA belum mampu bernalar dan berpikir kritis, serta masih tergantung kepada guru (D. Nielson, dkk, 1996; Nasoetion,1996). Kemampuan siswa untuk mandiri belum terwujud, sehingga prakarsa siswa untuk memulai sesuatu tidak terlampau sering ditemukan. Penguasaan siswa lebih terfokus pada pengetahuan faktual karena itulah yang dituntut dalam ujian akhir. Pangkal penyebab dari semua ini tentu sangat banyak tetapi tudingan utama banyak ditujukan kepada guru karena gurulah yang merupakan ujung tombak di lapangan yang bertemu dengan siswa secara terprogram (Wardani, 1998). Oleh karena itu, guru dianggap sebagai pihak yang paling bertanggung jawab terhadap hasil yang dicapai oleh siswa.
Untuk menjawab tantangan yang ditujukan kepada guru tersebut, berbagai upaya telah dilakukan dalam peningkatan kemampuan guru. Berbagai penataran guru, baik yang dilakukan secara berkala maupun yang dilakukan secara berkesinambungan telah dilakukan. Di samping itu, kesejahteraan guru, yang disadari merupakan tiang penyangga dari kualitas layanan yang diberikan guru, juga sudah mulai diperhatikan, meskipun dalam skala yang sangat kecil. Pemberian insentif bagi guru yang mengajar di daerah terpencil dan pemberian tunjangan fungsional bagi guru telah pernah dilakukan. Selain upaya yang secara khusus dilakukan untuk meningkatkan kemampuan profesional dan kesejahteraan guru, upaya yang sangat penting adalah upaya untuk meningkatkan kualifikasi guru yang telah dilakukan sepanjang masa.

B.   Rumusan masalah
1.      Apa pengertian kinerja guru?
2.      Faktor  apa saja yang dapat meningkatkan kinerja guru?

C.   Tujuan
1.      Mengetahui pengetian kinerja guru.
2.      Mengetahui faktor-faktor yang dapat meningkatkan kinerja guru.




BAB II
PEMBAHASAN

1.     Pengertian Kinerja Guru
Menurut Mangkunegara (2001:67) kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Tinggi rendahnya  kinerja pekerja berkaitan erat dengan sistem pemberian penghargaan yang diterapkan oleh lembaga/organisasi tempat mereka bekerja. Pemberian penghargaan yang tidak tepat dapat berpengaruh terhadap peningkatan kinerja seseorang.
Berkaitan erat dengan kinerja guru di dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari sehingga dalam melaksanakan tugasnya guru perlu memiliki tiga kemampuan dasar agar kinerjanya tercapai sebagai berikut:
1.      kemampuan pribadi meliputi hal-hal yang bersifat fisik seperti tampang, suara, mata atau pandangan, kesehatan, pakaian, pendengaran, dan hal yang bersifat psikis seperti humor, ramah, intelek, sabar, sopan, rajin, kreatif, kepercayaan diri, optimis, kritis, obyektif, dan rasional;
2.      kemampuan sosial antara lain bersifat terbuka, disiplin, memiliki dedikasi, tanggung jawab, suka menolong, bersifat membangun, tertib, bersifat adil, pemaaf, jujur, demokratis, dan cinta anak didik;
3.      kemampuan profesional sebagaimana dirumuskan oleh P3G yang meliputi 10 kemampuan profesional guru yaitu: menguasai bidang studi dalam kurikulum sekolah dan menguasai bahan pendalaman/aplikasi bidang studi, mengelola program belajar mengajar, mengelola kelas, menggunakan media dan sumber, menguasai landasan-landasankependidikan, mengelola interaksi belajar mengajar, menilai prestasi siswa untuk kepentingan pendidikan, mengenal fungsi dan program bimbingan penyuluhan, mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah, memahami prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan guna keperluan mengajar menurut.
Kinerja guru adalah persepsi guru terhadap prestasi kerja guru yang berkaitan dengan kualitas kerja, tanggung jawab, kejujuran, kerjasama dan prakarsa. Kompensasi yang diberikan kepada guru sangat berpengaruh pada tingkat kepuasan kerja, motivasi kerja, dan hasil kerja. Apabila kompensasi yang diberikan dengan mempertimbangkan standar kehidupan normal dan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan guru maka dengan sendirinya akan mempengaruhi semangat kerjanya, yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas setiap pekerjaan yang dilakukan. Hal ini karena tujuan bekerja guru banyak dipengaruhi oleh terpenuhi atau tidaknya kebutuhan minimal kehidupan guru dan keluarganya. Dengan demikian dampaknya adalah meningkatnya perhatian guru secara penuh terhadap profesi dan pekerjaanya. Jika kompensasi yang diberikan semakin besar sehingga kepuasan kerjanya semakin baik. Di sinilah letak pentingnya dalam penelitian ini yaitu kompensasi kerja. kinerja guru ditentukan oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut secara sendiri-sendiri maupun secara bersamaan ikut berperan menentukan tercapainya kinerja guru yang maksimal.
Dari literatur tentang kinerja guru diketahui secara umum, kinerja guru ditentukan oleh faktor internal yaitu faktor yang berhubungan dengan keadaan diri guru sendiri dan faktor eksternal yaitu faktor yang berhubungan dengan keadaan yang berada di luar diri guru. Dari sekian faktor internal yang berkaitan dengan diri guru terdapat dua faktor dominan yang menurut penulis ikut menentukan kualitas kinerja guru yaitu kompensasi kerja dan disiplin kerja.
Kinerja yang dalam bahasa Inggris disebut dengan performance, berarti tampilan kerja; unjuk kerja; wujud kerja. Kinerja merupakan hasil perkalian antara motivasi, kemampuan dan tugas. Dengan motivasi tinggi, kemampuan yang memadahi dan pengaturan tugas yang tepat akan berimplikasi pada terwujudnya kinerja yang tinggi, begitu juga sebaliknya. Guru merupakan profesi profesional di mana ia dituntut untuk berupaya semaksimal mungkin menjalankan profesinya sebaik mungkin. Sebagai seorang profesional maka tugas guru sebagai pendidik, pengajar dan pelatih hendaknya dapat berimbas kepada siswanya. Dalam hal ini guru hendaknya dapat meningkatkan terus kinerjanya yang merupakan modal bagi keberhasilan pendidikan.
Dalam mewujudkan kinerja pegawai yang optimal, seorang pemimpin harus mengetahui motivasi dan kemampuan para pegawainya dalam melakukan pekerjaan. Selanjutnya pemimpin mengelola tugas organisasi sesuai dengan motivasi dan kemampuan masing-masing pegawainya. Penting untuk diperhatikan, motivasi yang tinggi yang didukung dengan kemampuan dan ketepatan dalam melaksanakan tugas, belum menjamin tercapainya performa yang tinggi tanpa dibarengi dengan penciptaan lingkungan kerja yang kondusif.
Kinerja seseorang dapat ditingkatkan bila ada kesesuaian antara pekerjaan dengan keahliannya, begitu pula halnya dengan penempatan guru pada bidang tugasnya. Menempatkan guru sesuai dengan keahliannya secara mutlak harus dilakukan. Bila guru diberikan tugas tidak sesuai dengan keahliannya akan berakibat menurunnya cara kerja dan hasil pekerjaan mereka, juga akan menimbulkan rasa tidak puas pada diri mereka. Rasa kecewa akan menghambat perkembangan moral kerja guru.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja antara lain :
1.      Faktor personal/individual, meliputi unsur pengetahuan, keterampilan (skill), kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh tiap individu guru
2.      Faktor kepemimpinan, meliputi aspek kualitas manajer dan team leader dalam memberikan dorongan, semangat, arahan dan dukungan kerja pada guru
3.      Faktor tim, meliputi kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan dan keeratan anggota tim d. Faktor sistem, meliputi sistem kerja, fasilitas kerja yang diberikan oleh pimpinan sekolah, proses organisasi (sekolah) dan kultur kerja dalam organisasi (sekolah).
Upaya yang dapat dilaksanakan untuk meningkatkan kinerja guru antara lain antara lain: 1) menerima kehadiran baru dengan baik; 2) memberi tugas mengajar baru sesuai dengan bidang dan kompetensi yang dikuasi oleh guru baru; 3) membentuk dan melaksanakan kelompok kerja guru bidang studi dan musyawarah guru bidang studi sejenis (MGMP) sebagai wadah bagi guru untuk berdiskusi merencanakan masalah dan memecahkan masalah yang terjadi di kelas; 4) melakukan supervisi administrasi dan akedemik terhadap guru baru sebagai bahan perbaikan dan menentukan kebijakan; 5) melukukan pembinaan baik bersifat administratif, akademik, maupun karier guru baru; 6) memberi kesempatan pada guru baru untuk mengikuti pelatihan baik yang dilaksanakan di sekolah, kabupaten, propinsi maupun pada tingkat nasional; 7) memberi reward (penghargaan) pada guru yang berprestasidan memberikan hukuman pada guru yang malas dan bermasalah; 8) memberi tugas tambahan pada guru baru; 9) membentuk ikatan keluarga di sekolah masing-masing dengan pertemuan dilaksanakan di rumah anggota ikatan keluarga.
Menilai kinerja guru di sekolah bukan sebuah hal yang sederhana. Perlu sebuah komunikasi yang baik di dalam sekolah sendiri untuk membuat sebuah standar penilaian yang baik. Standar penilaian kinerja guru yang baik tidak muncul begitu saja. Perlu diupayakan kesepakatan dari pihak yang akan menilai (kepala sekolah) dan guru yang akan dinilai. Dengan demikian tercapai saling pengertian bahwa proses penilaian kinerja guru, sama sekali bukan untuk mencari-cari kesalahan tetapi semata-mata untuk peningkatan kinerja agar sekolah dapat berjalan lebih baik lagi dalam prakteknya. Serta bagaimana agar sekolah dapat membantu guru agar lebih baik lagi dalam melakukan pembelajaran dikelas.

2.      Faktor yang dapat Meningkatkan Kinerja Guru
Guru adalah salah satu komponen pendidikan yang memegang peran penting dalam keberhasilan pendidikan, guru diharapkan mampu memainkan peran sebagai guru yang ideal. Masyarakat mengharapkan agar �guru� merupakan sosok yang dapat �digugu� dan �ditiru�. Guru juga merupakan salah satu tokoh yang harus dijunjung tinggi, yaitu: �guru, ratu, wongatua karo� (Tilaar, 2004: 11). Pemerintah sering melakukan berbagai upaya peningkatan kualitas guru, antara lain melAlui pelatihan, seminar, dan lokakarya, bahkan melalui pendidikan formal, dengan menyekolahkan guru pada tingkat yang lebih tinggi. Kendatipun pada pelaksanaannya masih jauh dari harapan. Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja guru, tetapi permasalahan dalam makalah ini difokuskan pada peran kepemimpinan kepala sekolah, pemberian kompensasi, kedisiplinan guru, dan pengembangan Sumber Daya Guru (SDM).

A.    Peran Kepala Sekolah
Kepala sekolah sebagai pimpinan top Level management di sekolah berperan penting dalam memegang kunci keberhasilan. Untuk  mewujudkan harapan tersebut kepala sekolah harus kompeten. Secara umum harus memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap, performance dan etika kerja sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya sebagai kepala sekolah, yang diuraikan kompetensi profesionalisme, kompetensi wawasan pendidikan dan manajemen, kompetensi personal dan kompetensi sosial (Dharma, 2006: 60). Kepala sekolah juga harus memiliki jiwa kepemimpinan sesuai dengan konsep dari Ki Hajar Dewantara (Moeljono, 2005: 54) yaitu, �Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.� Namun tidak demikian dalam kenyataannya. Dalam praktek pendidikan sehari-hari masih banyak kepala sekolah yang melakukan kesalahan-kesalahan dalam menunaikan tugas dan fungsinya (Mulyasa, 2005: 19).
Tugas kepala sekolah sebagai manajer adalah melaksanakan fungsi-fungsi manajemen yang berupa perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan mengevaluasi kinerja guru. Untuk menyusun rencana kinerja guru, kepala sekolah melibatkan semua unsur personalia sekolah. Dengan diterapkannya manajemen sumber daya manusia oleh kepala sekolah atau dalam istilah manajemennya adalah manajer telah direspon oleh tenaga pendidik yang ada di. Mereka dengan rasa tanggung jawab dan secara profesionalisme sebagai tenaga pendidik telah melaksanakan tanggung jawab atau tugas yang dibagikan (job discription). Apabila dalam melaksanakan kinerja guru mengalami kesulitan disarankan untuk mencari literatur yang berkaitan dengan MSDM dan mengatasi sendiri kesulitan itu, sebelum minta bantuan kepala sekolah.
Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang berpengaruh dalam meningkatkan kinerja guru. Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana. Hal tersebut menjadi lebih penting sejalan dengan semakin kompleksnya tuntutan tugas kepala sekolah, yang menghendaki dukungan kinerja yang semakin efektif dan efisien.

B.     Pemberian Kompensasi
Berbagai aspek bidang pekerjaan baik itu di instansi pemerintah maupun swasta dapat memberikan kepuasan bagi pegawai apabila ada program kompensasi. Dengan adanya kompensasi yang diberikan sesuai dengan haknya akan sangat mempengaruhi kinerja seseorang. Untuk itu hendaknya program kompensasi ditetapkan berdasarkan prinsip adil dan wajar, sesuai dengan undang-undang perburuhan, atau sesuai dengan peraturan kerja lembaga masing-masing. Dengan adanya kompensasi yang cukup besar maka disiplin karyawan semakin baik. Mereka akan menyadari serta menaati peraturan-peraturan yang berlaku.
Menurut Steers & Porter (1991) bahwa tinggi rendahnya kinerja pekerja berkaitan erat dengan sistem pemberian kompensasi yang diterapkan oleh lembaga/organisasi tempat mereka bekerja. Pemberian kompensasi yang tidak tepat berpengaruh terhadap peningkatan kinerja seseorang. Ketidaktepatan pemberian kompensasi disebabkan oleh ; (1) pemberian jenis kompenasasi yang kurang menarik (2) pemberian penghargaan yang kurang tepat tidak membuat para pekerja merasa tertarik untuk mendapatkannya. Akibatnya para pekerja tidak memiliki keinginan meningkatkan kinerjanya untuk mendapatkan kompensasi tersebut.
Kompensasi adalah semua pendapatan yang berbentuk uang atau barang langsung atau tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa yang diberikan kepada perusahaan (Hasibuan, 1990:133). Kompensasi kerja adalah segala sesuatu yang diterima oleh karyawan sebagai balas jasa untuk kerja mereka (Tohardi, 2002:411). Tujuan pemberian kompensasi (balas jasa) adalah (a) ikatan kerja sama; (b) kepuasan kerja; (c) pengadaan efektif; (d) motivasi; (e) stabilitas karyawan;  f) disiplin; (g) pengaruh serikat buruh; dan (h) pengaruh pemerintah (Hasibuan, 1997:137).
Selain itu menurut Soekidjo Notoadmodjo ada beberepa keuntungan dengan diberikannya kompensasi pelengkap,yaitu: (1) meningkatkan semangat kerja dan kesetiaan atau loyalitas para karyawan terhadap organisasi atau perusahaan, (2) menurunkan jumlah absensi para karyawan dan adanya perputaran kerja, (3) mengurangi pengaruh organisasi karyawan terhadap kegiatan organisasi, dan (4) meminimalkan biaya-biaya kerja lembur yang berarti mengefektifkan prestasi kerja karyawan (Tohardi, 2002:418). Ada dua azas penting dalam program pemberian kompensasi (balas jasa) supaya balas jasa yang akan diberikan merangsang gairah dan kepuasan kerja karyawan yaitu: (1) azas adil, (2) azas layak dan wajar.
Kompensasi kerja adalah persepsi guru terhadap berbagai bentuk upah atau imbalan yang diperoleh dari hasil kerja yang digambarkan melalui dua komponen yaitu: Kompensasi langsung yang meliputi gaji, tunjangan fungsional, tunjangan hari raya, bonus pengabdian, bonus prestasi, uang transportasi makan, uang duka dan biaya pemakaman. Kompensasi tidak langsung meliputi bantuan biaya pengobatan rawat jalan dan rawat inap, dana pensiun, perumahan, beasiswa, penghargaan, formasi jabatan, dan rekreasi.

C.    Kedisiplinan Guru
Disiplin adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Adapun arti kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Sedangkan arti kesediaan adalah suatu sikap, tingkah laku, dan perbuatan seseorang yang sesuai dengan peraturan perusahaan baik yang tertulis maupun tidak (Hasibuan ,1997:212). Menurut Davis disiplin kerja dapat diartikan sebagai pelaksanaan manajemen untuk memperteguh pedoman-pedoman organisasi (Mangkunegara, 2000 : 129).
Disiplin pada hakikatnya adalah kemampuan untuk mengendalikan diri dalam bentuk tidak melakukan sesuatu tindakan yang tidak sesuai dan bertentangan dengan sesuatu yang telah ditetapkan dan melakukan sesuatu yang mendukung dan melindungi sesuatu yang telah ditetapkan. Dalam kehidupan sehari-hari dikenal dengan disiplin diri, disiplin belajar dan disiplin kerja. Disiplin kerja merupakan kemampuan seseorang untuk secara teratur, tekun secara terus-menerus dan bekerja sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku dengan tidak melanggar aturan-aturan yang sudah ditetapkan.
Pada dasarnya banyak indikator yang mempengaruhi tingkat kedisplinan karyawan suatu organisasi di antaranya ialah : (1) tujuan dan kemampuan, (2) teladan pimpinan, (3) balas jasa (gaji dan kesejahteraan), (4) keadilan, (5) waskat (pengawasan melekat), (6) sanksi hukuman, (7) ketegasan, dan (8) hubungan kemanusiaan (Hasibuan, 1997:213). Disiplin juga merupakan salah satu fungsi manajemen sumber daya manusia yang penting dan merupakan kunci terwujudnya tujuan, karena tanpa adanya disiplin maka sulit mewujudkan tujuan yang maksimal (Sedarmayanti, 221:10).
Melalui disiplin pula timbul keinginan dan kesadaran untuk menaati peraturan organisasi dan norma sosial. Namun tetap pengawasan terhadap pelaksanaan disiplin tersebut perlu dilakukan. Disiplin kerja adalah persepsi guru terhadap sikap pribadi guru dalam hal ketertiban dan keteraturan diri yang dimiliki oleh guru dalam bekerja di sekolah tanpa ada pelanggaran-pelanggaran yang merugikan dirinya, orang lain, atau lingkungannya. Berdasarkan uraian di atas maka disiplin kerja yang perlu diperhatikan adalah :
1)      Disiplin terhadap tugas kedinasan yang meliputi : mentaati peraturan kerja, menyiapkan kelengkapan mengajar, dan melaksanakan tugas-tugas pokok.
2)      Disiplin terhadap waktu yang meliputi: menepati waktu tugas, memanfaatkan waktu dengan baik, dan menyelesaikan tugas tepat waktu.
3)      Disiplin terhadap suasana kerja yang meliputi: memanfaatkan lingkungan sekolah, menjalin hubungan yang baik, dan menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4)      Disiplin di dalam melayani masyarakat yang meliputi: melayani peserta didik, melayani orang tua siswa, dan melayani masyarakat sekitar;
Disiplin terhadap sikap dan tingkah laku yang meliputi, memperhatikan sikap, memperhatikan tingkah laku, dan memperhatikan harga diri.

D.    Pengembangan Sumber Daya Guru (SDM)
Upaya meningkatkan kualitas pendidikan membutuhkan waktu yang panjang, serangkaian proses yang teratur dan sistematis, karena terkait dengan berbagai aspek kehidupan bangsa. Kualitas pendidikan tersebut perlu disesuaikan dengan perkembangan jaman. Perkembangan jaman yang makin pesat membawa perubahan alam pikir manusia, termasuk di dalamnya perubahan paradikma dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai suatu proses pembudayaan bangsa bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang menguasai pengetahuan, ketrampilan, keahlian serta wawasan yang sesuai dengan perkembangan iptek.
Harapan untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, pemerintah sudah berusaha dengan berbagai cara yaitu: 1) melalui pendidikan dasar sampai dengan perguruan tinggi, 2) melalui program pendidikan latihan yang sistematik maupun informal di tempat bekerja, dan 3) pengembangan diri sendiri, atas inisiatif sendiri berupaya memperoleh pengetahuan dan ketrampilan (Papayungan, 1996: 109).
Sumber daya manusia berperan besar bagi kesuksesan suatu organisasi pendidikan. Manajer merancang dan menbuat organisasi sehingga dapat bertahan dan berhasil mencapai tujuan. Manajemen sumber daya manusia merupakan salah satu bidang dari manajemen umum yang meliputi segi-segi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian. Guru adalah kondisi yang diposisikan sebagai garda terdepan dan posisi sentral di dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Berkaitan dengan itu, maka guru akan menjadi bahan pembicaraan banyak orang, dan tentunya tidak lain berkaitan dengan kinerja guru. dapat diambil kesimpulan bahwa Manajemen sumber daya manusia diakui sangat penting. Karena setiap guru memiliki kinerja yang perlu di kembangkan dan dikelola.
Pengembangan sumber daya manusia merupakan suatu kebutuhan yang harus dilakukan secara terus menerus. Persaingan yang ketat antar lembaga pendidikan merupakan tantangan yang makin berat. Untuk itu tidak ada pilihan lain selain peningkatan kualitas sumber daya manusia (Guru) untuk menghadapi persaingan yang ketat tersebut.
Sumber daya manusia sangat berperan dalam menentukan kemajuan suatu negara. Walaupun negara mempunyai sumber daya alam yang sangat melimpah ruah tapi kalau tidak ditopang atau didukung dengan sumber daya manusia yang berkualitas, negara tersebut tidak akan bisa maju. Terdapat banyak sumber daya dalam manajemen yang terlibat dalam organisasi atau lembaga pendidikan, antara lain ada yang berupa: manusia, sarana prasarana, biaya, teknologi, dan informasi. Namun demikian, sumber daya yang paling penting dalam pendidikan adalah sumber daya manusia. Adapun kalau dilihat secara mikro atau dalam ruang lingkup suatu lembaga, manusia merupakan sumber daya yang paling penting dalam usaha organisasi untuk mencapai keberhasilan. Sumber daya manusia inilah yang akan menunjang organisasi dengan berbagai karya, bakat, kreatifitas, dan dorongan. Betapapun sempurnanya aspek teknologi dan ekonomi tanpa aspek manusia akan sulit rasanya tujuan-tujuan organisasi dapat tercapai.
Manajemen sumber daya manusia meliputi seluruh aktifitas manajer untuk menarik dan mempertahankan pekerja dan untuk menjamin bahwa mereka bekerja pada tingkat yang terbaik dan berpartisipasi untuk kesempurnaan tujuan organisasi. Karena itu kepala sekolah memiliki peran penting dalam manajemen sumber daya manusia ini adalah kepala sekolah atau dalam istilah manajemennya seorang manajer disertai dengan adanya kerjasama yang baik dengan birokrasi dan para tenaga pendidik dalam lingkungan sekolah. Keberhasilan pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh keberhasilan kepala sekolah dalam mengelola tenaga kependidikan yang tersedia di sekolah.
Guru adalah kondisi yang diposisikan sebagai garda terdepan dan posisi sentral di dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Berkaitan dengan itu, maka guru akan menjadi bahan pembicaraan banyak orang, dan tentunya tidak lain berkaitan dengan kinerja dan totalitas dedikasi dan loyalitas pengabdiannya Mengemukakan guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu, guru yang merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan harus berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam hal ini guru tidak sematamata sebagai pengajar yang melakukan transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai pendidik yang melakukan transfer nilai-nilai sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahkan dan menuntun siswa dalam belajar.
Mengingat bahwa guru merupakan factor yang amat penting dalam kehidupan manusia, maka proses pengembangan sumber daya manusia harus dilaksanakan dengan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta nilai-nilai sehingga mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Manajemen sumber daya manusia atau manajemen personalia adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atas pengadaan tenaga kerja, pengembangan, kompensasi, integrasi, pemeliharaan, dan pemutusan hubungan kerja dengan sumber daya manusia untuk mencapai sasaran perorangan, organisasi, dan masyarakat. Hal ini bisa dilakukan dengan cara mengikuti pelatihan-pelatihan pendidikan, seminar dan work shop. Tetapi tidak menutup kemungkinan hal ini didapatkan melalui teman sejawat maupun instruksi dari kepala sekolah.



BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Mutu pendidikan merupakan salah satu tolok ukur yang menentukan martabat atau kemajuan suatu bangsa. Dengan mencermati mutu pendidikan suatu bangsa/negara, seseorang akan dapat memperkirakan peringkat negara tersebut di antara negaranegara di dunia. Guru adalah salah satu komponen pendidikan yang memegang peran penting dalam keberhasilan pendidikan, guru diharapkan mampu memainkan peran sebagai guru yang ideal. Salah satu cara meningkatkan mutu pendidikan adalah memperbaiki kinerja guru. Kinerja guru adalah persepsi guru terhadap prestasi kerja guru yang berkaitan dengan kualitas kerja, tanggung jawab, kejujuran, kerjasama dan prakarsa. Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja guru antara lain adalah peran kepemimpinan kepala sekolah, pemberian kompensasi, kedisiplinan guru, dan pengembangan Sumber Daya Guru (SDM).
Guru merupakan profesi profesional di mana ia dituntut untuk berupaya semaksimal mungkin menjalankan profesinya sebaik mungkin. Sebagai seorang profesional maka tugas guru sebagai pendidik, pengajar dan pelatih hendaknya dapat berimbas kepada siswanya. Dalam hal ini guru hendaknya dapat meningkatkan terus kinerjanya yang merupakan modal bagi keberhasilan pendidikan.





DAFTAR PUSTAKA

Keke T. Aritonang, M.Pd. Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV / Juli 2005 :
Kompensasi Kerja, Disiplin Kerja Guru dan Kinerja Guru SMP Kristen BPK PENABUR Jakarta. Jakarta : 2005.
Nofia Umrotul Hasanah. Skripsi : Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Dalam Meningkatkan Kinerja Guru di SMP Islam 02 Pujon. Unversitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Malang : 2010.
Sugiyarto. Tesis : Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kompetensi Guru Dan
Motivasi Kerja Guru Terhadap Kinerja Guru Smp Negeri Di Sub Rayon 03 Kabupaten Semarang Tahun 2006. Universitas Muhammadiyah Surakarta : 2006.
Wardani, I G.A.K. 1998. Pemberdayaan Guru: Suatu Usaha Peningkatan Mutu
Pendidikan. Naskah disampaikan sebagai Orasi Ilmiah pada Upacara Dies Natalis UT, 14 September 1998.
http://gurukreatif.wordpress.com

KEHIDUPAN DI LUAR PLANET BUMI


KEHIDUPAN DI LUAR PLANET BUMI



A.    PENDAHULUAN
Kita ketahui sampai detik ini bahwa kehidupan manusia berada di planet bumi, sedangkan masih ada planet-planet lain yang berada di dalam susunan tata surya bima sakti. Bumi terdiri dari daratan dan lautan yang komposisinya lebih besar lautan dari daratannya yaitu 75% dari permukaan bumi, berarti manusia hidup dikelilingi oleh air sebagai sumber kehidupannya. Tanpa air manusia tidak dapat hidup.
Sepanjang pengetahuan manusia sampai detik ini belum diketemukan kehidupan di planet lain selain bumi. Dan sepanjang sejarah peradaban manusia belum ada planet yang didiami manusia selain di bumi. Tapi yang namanya manusia tak pernah puas dengan apa yang sudah didapatkannya, ia terus melakukan eksplorasi melalang tata surya dengan iptek yang dimilikinya, terus menjelajah yang bisa dijelajah, terus mengadakan observasi dan eksperimen-eksperimen tanpa kenal lelah dan putus asa untuk mendapatkan pengetahuan akan kepastian ada atau tidaknya kehidupan di luar planet bumi.  Sudah banyak misi yang dilakukan oleh negara-negara maju seperti AS, Rusia, Eropa, Jepang dan Cina untuk menjelajah dan mempelajari benda-benda di luar angkasa sana. Sejauh ini ada yang berhasil dan ada juga yang mengalami kegagalan.
Kehidupan ekstraterestrial didefinisikan sebagai kehidupan yang tidak berasal dari planet bumi. Keberadaan kehidupan di luar planet ini masih sebatas teori dan semua perkiraan mengenai kehidupan tersebut tetap berlangsung. Stephen Hawking berpendapat bahwa tidak mungkin kehidupan hanya ada di bumi saja. Oleh karena itu, sampai saat ini banyak para ilmuwan yang masih mencari  kemungkinan-kemungkinan adanya atau keberadaan kehidupan ektraterestrial atau diluar planet bumi. Bentuk-bentuk kehidupan ekstraterestrial berkisar dari kehidupan pada skala bakteri sampai pada mahluk cerdas. Keberadaan mahluk luar angkasa atau alien masih belum diketahui. Para ilmuwan hingga saat ini belum juga menemukan eksistensi mahluk ekstraterestrial itu. Namun, mereka tak menyerah. Berlandaskan keyakinan kita tak sendirian di alam semesta, para ilmuwan akan selalu membuat terobosan untuk menentukan lokasi dan cara mencari kehidupan alien dalam misi luar angkasa di masa depan.
Dalam konteks koloni angkasa, pikiran praktis mungkin membawa ingatan manusia pada Bulan, atau planet Mars, sejauh yang terpikir adalah lingkungan Tata Surya. Pada lingkungan ini jelas Merkurius yang paling dekat dengan Matahari mustahil diperhitungkan karena suhu demikian panas pada siang hari (350 derajat Celsius) dan amat dingin pada malam hari (minus 170 derajat Celsius). Demikian pula Venus yang diselimuti awan karbon dioksida. Planet jauh seperti Jupiter dan Saturnus dingin dan dipenuhi metana. Gagasan mengenai tempat tinggal kehidupan ekstraterestrial terus berkembang, seperti di Venus dan Mars. Bulan Bulan Yupiter dan Saturnus seperti; Enceladus dan Titan; dan planet luar surya seperti Gliese 581 c dan d yang dikatakan berada di zona layak huni. Studi dan teori dari kehidupan ekstraterestrial dikenal sebagai astrobiologi, eksobiologi atau xenobiologi.

B.     HASIL DAN PENELUSURAN PUSTAKA
1.      Definisi Kehidupan Ekstraterestrial
Kehidupan di Luar Bumi lebih populer dengan istilah "Kehidupan Ekstraterestrial", didefinisikan sebagai kehidupan yang tidak berasal dari planet bumi. Keberadaan kehidupan di luar planet ini masih sebatas teori dan perkiraan-perkiraan mengenai kehidupan tersebut masih terus dicetuskan. Stephen Hawkingdan Carl Sagan berpendapat bahwa tidak mungkin kehidupan hanya ada di bumi saja. Oleh karena itu, munculah teori kehidupan ekstraterestrial.
2.      Hipotesis asal muasal kehidupan Ekstraterestrial
Hipotesis-hipotesis mengenai asal muasal kehidupan ekstraterestrial adalah sebagai berikut: Hipotesis pertama mengusulkan bahwa kehidupan mungkin muncul secara mandiri dari berbagai tempat di alam semesta.  Hipotesis kedua, disebut panspermia, menyatakan bahwa kehidupan muncul dari satu lokasi, kemudian menyebar antara planet-planet berpenghuni. 
3.      Usaha pencarian kehidupan Ekstraterestrial
Ilmuwan berusaha mencari bukti kehidupan uniselular di Tata Surya dengan melakukan penelitian terhadap permukaan planet Mars dan batu meteor yang jatuh ke bumi. Sebuah misi ke Europa, salah satu bulan Yupiter yang diduga memiliki air dibawah permukaannya, juga digagaskan. Terdapat bukti terbatas bahwa kehidupan mikrobial mungkin ada di Mars. Eksperimen pada program Viking melaporkan adanya proses emisi gas dari lapisan tanah panas Mars yang diduga sebagai bukti kehadiran mikroba, namun tidak ada bukti kuat mengenai hipotesis tersebut.
Pada tahun 1996, suatu struktur yang menyerupai nanobakteria dilaporkan ditemukan di meteor ALH84001. Laporan ini kontroversial, dan perdebatan terus berlanjut. Pada Februari 2005, ilmuwan NASA melaporkan bahwa mereka menemukan bukti kuat adanya kehidupan di Mars. Ilmuwan Carol Stoker dan Larry Lemke mengklaim bahwa tanda metana yang ditemukan di atmosfer Mars menyerupai proses produksi metana oleh kehidupan primitif di Bumi. NASA menolak klaim kedua ilmuwan tersebut.
Pada tahun 2010, dari data satelit Cassini, para ahli NASA menemukan bukti penting yang menunjukkan adanya kehidupan alien primitif di Titan, bulan dari Saturnus. Ahli-ahli tersebut menyimpulkan dalam dua makalah. Pada makalah pertama, dalam jurnal Icarus, dinyatakan bahwa hidrogen yang mengalir di atmosfer planet menghilang di permukaan, yang menunjukkan bahwa alien mungkin bernafas. Pada makalah kedua, dalam Journal of Geophysical Research, disimpulkan bahwa terjadi kekurangan bahan kimia di permukaan. Zat-zat tersebut mungkin dikonsumsi oleh suatu kehidupan. Chris McKay, astrobiolog di Pusat Penelitian NASA, menyatakan bahwa proses konsumsi hidrogen ini mirip dengan proses manusia mengonsumsi oksigen di bumi.
Terdapat gagasan bahwa alien mungkin mengeluarkan sinyal ke angkasa. Gagasan ini tidak pasti, namun proyek-proyek seperti SETI (Search for Extra-Terrestrial Intelligence) dibuat untuk mencari sinyal radio dari kehidupan ekstraterestrial. Astronom juga mencari planet luar surya yang dapat dihuni seperti bumi. Planet-planet yang diduga dapat dihuni adalah Gliese 581 c, Gliese 581 d dan OGLE-2005-BLG-390Lb. Teknologi yang ada tidak cukup untuk mempelajari planet-planet luar surya tersebut.
4.      Kemungkinan pengaruh terhadap bumi
Fisikawan Stephen Hawking memperingatkan agar manusia tidak berusaha berhubungan dengan alien. Ia memperingatkan bahwa alien mungkin akan merampas sumber daya alam bumi. Hawking menganalogikan jika alien datang mengunjungi kita, apa yang terjadi akan sama dengan ketika Colombus mendarat di benua Amerika, yang tidak berakhir baik bagi penduduk asli Amerika.
5.      Kriteria Kelayakhunian Planet
Kelayakhunian planet adalah ukuran dari planet atau satelit alami potensial untuk mempertahankan hidup. Hidup dapat berkembang langsung di planet atau satelit baru berdasarkan sebuah proses yang dikenal sebagai teori panspermia. Keberadaan  kehidupan di luar Bumi saat ini tidak menentu, kelayak hunian planet sebagian besar adalah mirip kondisi di Bumi dengan karakteristik dari Matahari dan tata surya yang tampaknya menguntungkan hidup berkembang, khususnya faktor-faktor kompleks multiseluler berkembang,  tidak hanya uniseluler makhluk sederhana. Penelitian dan teori dalam hal ini adalah komponen dari ilmu planet dan disiplin yang muncul dari astrobiologi.
Sebuah syarat mutlak untuk hidup adalah sumber energi, dan konsep kelayakhunian planet menyiratkan bahwa banyak aspek lainnya seperti geofisika, geokimia, dan astrofisika.  Kriteria harus dipenuhi sebelum suatu obyek astronomi dapat mendukung kehidupan. Dalam agenda Astrobiology, NASA telah mendefinisikan kriteria kelayakhunian planet adalah ada air berujud cair, yaitu kondisi yang menguntungkan untuk perakitan molekul organik kompleks, dan sumber energi untuk mempertahankan metabolisme.
Dalam menentukan potensi kelayakhunian planet, studi fokus pada komposisi atmosfer, sifat orbital planet, suasana planet, dan interaksi kimia potensial. Karakteristik bintang juga penting, termasuk massa dan luminositas, stabil variabilitas, dan tinggi metallicity. Planet tipe terestrial, yaitu jenis planet dan satelit dengan potensi kimia seperti bumi  adalah fokus utama penelitian astrobiologi, meskipun teori-teori kelayakhunian lebih spekulatif kadang-kadang memeriksa biochemistries alternatif dan jenis lain dari obyek astronomi.
Gagasan bahwa planet-planet di luar Bumi mungkin ada kehidupan adalah salah satu pendapat kuno, meskipun secara historis dibingkai oleh filsafat sebanyak ilmu fisika. Abad  yang ke-20-an melihat dua terobosan di lapangan. Pengamatan dan pesawat ruang angkasa robot, melakukan eksplorasi planet dan satelit lainnya dalam tata surya telah memberikan informasi penting mendefinisikan kriteria kelayakhunian dan memungkinkan untuk perbandingan geofisika substansial antara Bumi dan planet, dan satelit lain. Penemuan planet ekstrasurya, dimulai pada awal 1990-an  dan mempercepat sesudahnya, telah memberikan informasi lebih lanjut untuk mempelajari kehidupan luar bumi. Temuan ini mengkonfirmasi bahwa Matahari tidak unik di antara bintang-bintang dan pengamatan planet-planet telah memperluas cakrawala penelitian kelayakhunian luar tata surya kita. Pada tahun 1964 Stephen H. Dole memperkirakan jumlah planet di galaksi kita menjadi sekitar 600 juta.

C.    PEMBAHASAN
Kemungkinan adanya kehidupan di Planet Gleise 581 (Super Earth)
Pada beberapa waktu lalu ada penemuan dibidang astronomi yang cukup penting yaitu ditemukannya sebuah Planet yang mengelilingi sebuah bintang tetap di Gleise 581. Kita menyebutnya sebagai "Super Earth". Planet ini diklaim merupakan tempat yang paling bersahabat untuk kita tinggali karena kondisi-nya dikatakan mirip dengan bumi. Belum diketahui, apakah di Planet tersebut juga berlangsung kehidupan cerdas seperti di bumi atau tidak. Namun, tidak ditutup kemungkinan bahwa ada kehidupan disana. Mungkin ada lebih banyak lagi Planet-planet seperti ini di Kosmos dan butuh waktu yang tidak terlalu singkat juga untuk menemukan yang lainnya.
Di antara miliaran bintang yang ada, kebolehjadian menemukan planet seperti Bumi jelas ada, dan salah satunya memang telah ditemukan, yakni planet yang mengelilingi bintang redup Gliese 581, yang terletak pada jarak 20,5 tahun cahaya dari Bumi, dan berada pada Rasi Libra. (Catatan: Jarak Bumi-Gliese 581 adalah setara dengan 20,5 x 9.500.000.000.000 kilometer). Penemuan dilakukan dengan teleskop European Southern Observatory (ESO) bergaris tengah 3,6 meter yang ada di Gurun Atacama, Cile. Salah satu yang menjadi landasan bagi para astronom penemu untuk mengatakan planet tersebut serupa dengan Bumi adalah kemungkinan adanya air yang mengalir di permukaannya. Ini bisa terjadi karena suhu planet tersebut sedang, artinya tidak seekstrem Merkurius. Stephane Udry dari Observatorium Geneva yang mengepalai penulisan laporan penemuan ini di jurnal Astronomy & Astrophysics terbitan mendatang menyebutkan, suhu rata-rata planet ini antara 0 derajat dan 40 derajat Celsius, jadi memungkinkan adanya air dalam wujud cair.
Dengan adanya air dalam bentuk cair, ada pula kemungkinan terdapat kehidupan di planet yang oleh para astronom lalu disebut �Super-Earth� ini. Lebih jauh lagi disebutkan bahwa radius planet hanya 1,5 kali radius Bumi, dan model yang dibuat memperlihatkan planet ini merupakan planet batuan seperti halnya Bumi atau tertutup oleh lautan. Karena sifat khasnya ini, planet �Super-Earth�  diyakini akan jadi fokus penyelidikan misi antariksa mendatang, kata seorang Xavier Delfosse, anggota tim penemu dari Universitas Grenobles. Misi yang dimaksud Delfosse terutama yang bertujuan untuk mencari kehidupan ekstraterestrial (di luar Bumi).
Dengan teleskop yang akan dipangkalkan di ruang angkasa nanti akan coba dilacak apakah ada jejak atau �tanda tangan� yang bisa diasosiasikan dengan proses biologi. observatorium akan coba melacak ada tidaknya gas atmosfer seperti metana, bahkan mungkin juga marka khlorofil, pigmen dalam tanaman Bumi yang memainkan peranan penting dalam fotosintesa. Tetapi selain kemungkinan-kemungkinan diatas, terdapat beberapa kekurangan, yaitu langit di Super-Earth merah keruh, bukan biru seperti Bumi. Juga gravitasinya yang dua kali lipat, membuat berat badan siapapun yang berdiri di atasnya menjadi dobel. Tak hanya itu, atmosfer planet itu yang kaya karbondioksida tak bakal bisa dengan mudah dihirup manusia.
Spekulasi teori tentang pernah adanya kehidupan di planet Mars.
Pelacakan terhadap kemungkinan adanya kehidupan di antariksa lain terus  dilakukan hingga zaman modern ini. Dari hasil foto tentang planet Mars yang merah (sebagai hasil kejelian kamera Viking I dan Viking II), tampaklah sesuatu yg dapat dijadikan bukti ilmiah bahwa di Mars memang pernah ada peradaban. Lembaga-lembaga independen Amerika non-profit yang menganalisis foto-foto daratan Mars menyodorkan sebuah foto yang menggambarkan arca muka �manusia� sepanjang 1,6 kilo meter yang saat ini mungkin sudah banyak terkikis.
Lalu, satu lagi menggambarkan sebuah piramida bersudut lima. Menurut lembaga tersebut, foto-foto khas yang dianalisis dengan komputer supercanggih di Amerika itu menunjukkan bahwa pada suatu rentang waktu purba, di Planet Mars pernah berlangsung suatu peradaban. Dan banyak para astronom meyakini, sisa-sisa kehidupan masih berlangsung di planet Mars, maka pencarian itu masih terus dilakukan secara intensif oleh NASA. Pada tahun 2003, Amerika berhasil meluncurkan sebuah roket Delta-2 dan mengeluarkan detektor planet Mars dari orbit bumi menuju Mars dengan sempurna, membangkitkan semangat yang sudah lama membayangi pesawat Challenger akibat kegagalan penyelidikan Mars di masa lalu.
Dalam penelitian di sana, kandungan tertentu pada ferioksida lebih besar. Ini menandakan di tempat tersebut terdapat air dalam jangka panjang di masa lalu. Penanggung jawab ilmiah NASA Welle mengatakan bahwa, misi selanjutnya adalah mencoba memahami keberadaan air di atas bintang Mars telah bertahan berapa lama. Inilah kunci kehidupan. Entah dimana pun, jika air bisa bertahan jutaan tahun, maka kehidupan bisa bangkit. Ilmuwan berharap dapat menemukan jejak yang pernah ada di batu karang dan tanah, yaitu jejak air yang pernah eksis untuk mempertahankan kehidupan, meneliti apakah pernah ada air, kondisi zat cair tersebut apakah memiliki kadar air yang cukup, telah berlangsung cukup lama, serta cukup untuk menghasilkan kehidupan.
Jika tidak ditemukan bukti, maka orang-orang harus mempertimbangkan kembali pandangan masa lalu. Yakni bahwa planet Mars pernah hangat dan lembab. Kedua perangkat detektor planet Mars ini menggunakan tenaga penggerak energi surya, mampu bergerak sekitar 30-40 meter setiap hari. Kedua kereta detektor bintang Mars ini dilengkapi dengan kamera video dan mikroskop, serta mesin pemecah batu, untuk penyelidikan komposisi batu Mars bagian dalam.
Sebuah gambar yang diambil oleh pesawat luar angkasa milik NASA, Mars Global Surveyor menunjukkan adanya air yang cair (tidak membeku) pada permukaan Mars, sebuah penemuan menarik yang barangkali dapat menjelaskan apakah ada kehidupan di Planet Merah ini. Namun sebenarnya, tanda-tanda air pernah eksis di Planet Mars setidaknya pernah terlacak oleh Misi Spirit dan Oportunity pada tahun 2004 lalu. Kedua kendaraan jelajah tersebut tiba di Mars setelah melakukan perjalanan selama 7 bulan dari Bumi. Spirit mendarat di sebuah kawah selebar 150 km di Mars yang diyakini sebagai dasar danau kuno. Opportunity mendarat di sisi lain permukaan Mars yang memiliki banyak mineral yang terbentuk di Bumi dalam mata air panas dan danau.
Spirit dan Opportunity beroperasi selama lebih dari 90 hari untuk mempelajari planet Mars. Mereka memiliki lengan robotik yang dilengkapi alat untuk menghilangkan lapisan luar batuan yang berdebu sehingga kaca pembesar dan alat penganalisa pada lengan robotik bisa mempelajari material di bawahnya. Danau yang mengering di permukaan Mars membuktikan bahwa air pernah mengalir di planet ini. Satu-satunya air yang masih ada di permukaan Mars telah membeku di kutubnya. Jika air pernah mengalir di Mars maka kehidupan juga mungkin ada disana.

D.    KESIMPULAN
Kehidupan ekstraterestrial didefinisikan sebagai kehidupan yang tidak berasal dari planet bumi. Keberadaan kehidupan di luar planet ini masih sebatas teori dan semua perkiraan mengenai kehidupan tersebut tetap berlangsung. Stephen Hawking berpendapat bahwa tidak mungkin kehidupan hanya ada di bumi saja. Oleh karena itu, sampai saat ini banyak para ilmuwan yang masih mencari  kemungkinan-kemungkinan adanya atau keberadaan kehidupan ektraterestrial atau diluar planet bumi. Bentuk-bentuk kehidupan ekstraterestrial berkisar dari kehidupan pada skala bakteri sampai pada mahluk cerdas.
Banyak kemungkinan dan tanda-tanda yang ditemukan oleh para ilmuwan sekarang tentang adanya kehidupan di luar planet bumi. Hipotesis-hipotesis masih terus dibangun untuk mencari kebenaran-kebanaran yang diharapkan oleh manusia. Dengan berkembang pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi, tidak diragukan bahwa dapat ditemukan beberapa penemuan-penemuan menarik tentang adanya kehidupan di luar planet bumi.
Kelayakhunian planet adalah ukuran dari planet atau satelit alami potensial untuk mempertahankan hidup. Sebuah syarat mutlak untuk hidup adalah sumber energi, ada air berujud cair, komposisi atmosfer, sifat orbital planet, suasana planet, dan interaksi kimia potensial. Gagasan mengenai tempat tinggal kehidupan ekstraterestrial terus berkembang, seperti di Venus dan Mars. Bulan Bulan Yupiter dan Saturnus seperti; Enceladus dan Titan; dan planet luar surya seperti Gliese 581 c dan d yang dikatakan berada di zona layak huni. Studi dan teori dari kehidupan ekstraterestrial dikenal sebagai astrobiologi, eksobiologi atau xenobiologi.







E.     DAFTAR PUSTAKA
http://jofania.wordpress.com/SuperEarth dan Nasib Bumi-Manusia
http://muktihadid.wordpress.com/AdakahKehidupan Selain di Planet Bumi